Sabtu, 18 Juli 2020


HENINGNYA malam, saat setiap raga terlelap di alam mimpinya. Ada sekeping hati terbangun dalam gelisah. Ia datang sembari merangkak dan tersungkur dalam kepasrahan.

Tak ada yang dapat ia lakukan selain membasuh seluruh raganya dengan air untuk menyucikan. Lalu dengan tertatihnya ia datang. Dibentangkannya selembar permadani cinta. Ia berdiri sembari menyebutkan kalimat cinta. Tak ada yang ia hiraukan kecuali hanya menikmati saat-saat bercinta dengan sang kekasih.

Ia curahkan seluruh keluh kesah dan penyesalan atas kebodohannya. Hingga air mata tak bisa lagi tertahan dalam bendungan dan jatuh ke lautan pengaduan.

Kau tatap pilunya wajah ini saat rintik air membasahi. Tak ada lagi yang tertahan di bibir sang pengadu. Kau sambut dan Kau dekap sekeping hati ini dalam dekapan sujud.

Ku lihat karang di lautan lepas lambat laun terkikis dengan deburan air. Ku harap begitu pula dengan karang dalam jiwa ini.

Begitu kerasnya hingga tetesan air mata tak henti-hentinya mengikis. Mengikis rasa ego, rasa ujub, rasa kikir, dan rasa sombong, yang telah menjadi karang dalam lautan jiwa.

Hingga hari-hari seakan tak lepas dari pertanyaan-pertanyaan hakikat hati dan hidup ini. Saat hati ini mengejar kerapuhannya dengan angkuh.

Hingga Cahaya itu datang dan menembus sempitnya celah hati. Di dalam didikan sepertiga malam Mu. Karena engkau sang pemilik kerajaan hati setiap insan.

SUMBER : https://www.islampos.com/mengadu-di-sepertiga-malam-40095/?fbclid=IwAR2vGuCrXjT8wM86hcaoksx3UwAafsxl0nCQkuSEyPw9T5s-lb6FQphp0Vc


Kamis, 26 Mei 2016

-- BURAQ --
Buraq dari segi bahasa arab 'al-Barq' berati "cahaya kilat". Dalam peristiwa Isra MI'raj, Alla menggambarkan Buraq ialah sejenis binatang yang seperti Baghal dan Himar (keledai). Ia diciptakan oleh Allah dari cahaya dan diutuskan oleh Allah sebagai kendaraan Nabi Muhammad SAW ketika malam Isra' dalam peristiwa Isra' wal Mi'raj dari Masjidil Haram (di Makkah) menuju Masjidil Aqsa (di Baitul Maqdis) kemudian kembali semula ke Makkah dalam satu malam saja. Sedangkan jarak antara keduanya lebih kurang 1500 kilometer.

Dari Abu Said Al-Khudri, bahwa dia telah bertanya kepada Nabi SAW perihal perjalanan Isra' Baginda, maka Nabi berkata : "Telah di datangkan kepadaku seekor binatang, yang dia menyerupai "Bighal" yaitu bernama "Buraq" yang dikendarai Para Nabi". Kata Nabi SAW, selanjutnya : "Buraq itu membawa aq dan dia dapat melangkah kaki depannya sejauh mata memandang (kira-kira 1 kilometer)".

Buraq juga merupakan salah satu kendaraan Para Ahli Syurga, yang akan digunakan untuk menziarahi teman-teman sesama Ahli Syurga di akhirat nanti.

Rabu, 11 Mei 2016

Peristiwa antara Umar dan Abbas merupakan teladan acuan antara pemimpin dan rakyat dalam hal ini terkait masalah penggusuran lahan
Teladan Umar dalam Kasus Penggusuran Lahan
ilustrasi: Film Umar Bin Khattab

KETIKA jumlah umat Islam semakin banyak di masa Umar bin Khattab, masjid pun kian sempit. Untuk memperluasnya, beliau berinisiatif membeli tanah di sekeliling masjid, selain rumah Abbas dan kamar istri Nabi Shallallahu `alaihi Wasallam.
Umar bertanya kepada Abbas, “Wahai Abu Fadhl, masjid umat Islam sudah sedemikian sesak. Aku sudah membeli rumah di sekelilingnya untuk perluasan masjid, kecuali rumahmu dan istri-istri Nabi. Kalau rumah istri nabi, jelas tidak bisa. Sedangkan rumahmu, (kalau engkau berkenan) juallah kepadaku agar aku bisa memperluas masjid mereka!”
Dengan berat hati Abbas menjawab, “Aku tidak bisa memenuhi keinginanmu.” Umar pun menimpalinya, “Kamu boleh memilih tiga opsi. Pertama, kamu bisa menjualnya dengan harga sesuai dengan yang diinginkan, nanti akan diambilkan dana dari Baitul Maal milik umat Islam. Kedua, bangunan dan tanah akan diganti sesuai dengan kota yang kau kehendaki yang diambil dari dana Baitul Maal. Ketiga, kamu sedekahkan rumahmu untuk perluasan masjid.”
Abbas tetap pada pendirannya, “Aku tidak memilih satu opsi pun.” Umar kembali menganggapi, “Pilihlah orang yang engkau kehendaki untuk memutuskan masalah antara aku dan kamu!” Abbas pun menjawab, “Ubay bin Ka`ab.”
Akhirnya, mereka berdua pergi menemui Ubay bin Ka’ab kemudian menceritakan problem yang sedang dihadapi.
Dengan sangat bijak Ubay memecahkan solusi. “Maukah kalian berdua aku ceritakan hadits yang pernah aku dengar langsung dari Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam?” “Baik, silahkan!” jawab keduanya.
Sahabat yang dikenal sebagai ahli Qur`an dan penulis wahyu ini pun melanjutkan, “Aku pernah mendengar Nabi bersabada, “Sesungguhnya Allah pernah mewahyukan kepada Daud: “Buatlah untukku rumah agar Aku diingat di dalamnya!”
Lalu Daud mulai merancang batas pembangunan masjid. Ternyata garis yang dicanangkan mengenai rumah salah seorang dari Bani Israil. Nabi Daud `alaihissalam pun memintanya agar sudi menjual tanah beserta rumahnya. Orang itu menolak permintaannya. Sempat terlintas pada benak Daud untuk mengambilnya (secara paksa).
Allah tak membiarkan Daud melakukan perbuatan itu, kemudia Ia mewahyukan, “Wahai Daud, Aku memberi mandat kepadamu untuk membuat rumah ibadah agar Aku diingat, sedangkan kamu hendak memasukkan dalam rumahku gashab (sesuatu yang diambil secara paksa). Merampas tanah, bukanlah perintahku. Sebagai sanksi atasmu, maka kamu tidak boleh membangunnya.” Daud berkata, “Wahai Tuhanku, demikian juga anakku?” “Demikian juga anakmu.”
Umar pun memegang baju Ubay dengan kedua genggam tangannya seraya berkata, “Aku datang membawa persoalan yang hendak diselesaikan, sedangkan kamu malah membuatnya semakin parah.” Akhirnya Umar membawanya menuju halaqah (lingkaran) para sahabat, kemudian mengklarifikasi riwayat Ubay bin Ka`ab. Waktu itu, di antaranya ada Abu Dzar al-Ghifari. Ternyata, Abu Dzar membenarkan riwayat itu, demikian juga sahabat-sahabat lainnya. Kemudian Umar melepaskan Ubay.
Merasa tidak terima dengan perlakuan Umar, Ubay pun mencoba membela diri, “Wahai Umar apakah engkau menuduhku memalsu hadits Rasulullah?” Beliau menjawab, “Demi Allah, sama sekali tidak demikian wahai Abu Mundzir. Aku hanya khawatir periwayatan hadits dari Rasulullah menyebar begitu saja tanpa ada klarifikasi.
Singkat cerita, Umar berkata kepada Abbas, “Silahkan pergi aku tidak akan mengusik rumahmu.”
Dengan elegan dan bijak Abbas menyahutinya, “Jika engkau melakukan demikian, maka aku sedekahkan rumah dan lahan kepunyaanku untuk perluasan masjid umat Islam. Tapi kalau engkau memusuhiku, maka aku tak mau.” Kemudian Umar membangunkan rumah sebagai ganti untuknya dari biaya Baitul Mâl. (Ibnu Sa`ad, al-Thabaqôtu al-Kubrâ, 4/15).
Bijak menjadi Pemimpin
Dari kisah ini ada pelajaran yang luar biasa baik bagi pemimpin mau pun yang dipimpin. Bagi yang dipimpin misalnya –dalam hal ini Umar- ketika menetapkan kebijakan publik, terkait perluasan masjid, ada beberapa tahap yang harus dilaluinya.
Pertama, mempunyai tujuan yang kongkrit berdasarkan kebutuhan riil yang sedang dibutuhkan umat. Melihat masjid yang semakin tidak muat, Umar menginisiasi perluasan masjid. Ini berarti, Umar mengeluarkan kebijakan ini bukan untuk kepentingan pribadi atau pihak tertentu, tapi untuk kemaslahatan sosial bagi Umat.
Kedua, melakukan dialog dan negoisasi dengan pihak yang akan digusur tanahnya demi perluasan masjid. Sebagai Kepala Negara, beliau tidak menyalahgunakan wewenanganya dengan melakukan tindakan otoriter. Beliau tetap mengupayakan dialog dan nego dengan sebaik-baiknya.
Ketiga, ketika dialog buntu, pemimpin adil yang berjuluk al-Fârûq ini juga tidak geram, tapi mau menempuh jalur hukum. Terbukti, ketika itu beliau menerima Ubay bin Ka`ab sebagai hakim yang memutuskan perkara ini.
Keempat, dalam persidangan, beliau sempat mengkroscek data yang dibeberkan Ubay, namun setelah terbukti bahwa kebenaran ada di pihak Abbas, maka beliau segera taat hukum. Akhirnya, dengan legowo ia menerima keputusan hakim.
Kelima, ketika Ibnu Abbas menyedekahkan rumah beserta hannya, Umar pun tak sekedar menerima, tetapi membangun kembali rumahnya di tanah lain. Jadi di sini Umar memberikan teladan baik, bukan saja mengeksekusi tanah warganya, tetapi juga memberi solusi dengan cara memberi ganti yang layak kepada pihak yang digusur tanahnya.
Bagi pihak yang dipimpin, dalam hal ini Abbas, juga mencontohkan hal yang baik. Paman Rasul ini tidak menerima mentah-mentah kebijakan pemimpin tetapi melalui tahapan yang cukup baik untuk diteladani. Pertama, mengapresiasi kebijakan pemimpin. Kedua, bersedia melakukan dialog dan negoisasi. Ketiga, menguji sejauh mana maslahat kebijakan pemimpin bagi kepentingan publik. Keempat, tak segan-segan menggunakan jalur hukum bila memang merasa tidak puas dengan kebijakan. Kelima, pada akhirnya, ketika dia yakin bahwa kebijakan murni untuk kepentingan publik, maka dia dengan suka hati menyedekahkan tanahnya.
Peristiwa antara Umar dan Abbas ini merupakan teladan yang patut dijadikan acuan antara pemimpin dan yang dipimpin, yang dalam hal ini terkait masalah penggusuran.
Dengan akhlak mulia dan hukum yang disepakati bersama, keduanya sama-sama ikhlas dalam menjalankan harmoni selama itu untuk kemaslahatan umat dan tidak bertentangan dengan syariat. Kehidupan bernegara pun menjadi tenang, aman, sentausa, tentram dan dan sejahtera. Wallahu a`lam bi al-Shawab.

Selasa, 10 Mei 2016

Zionis Israel sangat takut dengan para penghafal Quran. Bahkan, anak-anak sekalipun. Karena itulah, dalam setiap agresinya, Israel mentargetkan membunuh anak-anak Gaza yang diketahui jumlah hafizh-nya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2008, Hamas mengumumkan wisuda 3.500 anak hafizh Quran. Kabar ini sampai pada Israel dan seluruh dunia meskipun sesungguhnya, di tahun-tahun sebelumnya, Hamas telah mewisuda bocah-bocah hafizh Quran. Namun, pengumuman secara terbuka dan diliput media itu membuat Israel lebih khawatir.

Di tahun-tahun berikutnya, jumlah bocah-bocah Gaza penghafal Quran semakin meningkat. Pada tahun 2009, jumlah hafizh yang diwisuda meningkat drastis menjadi 12.000 meskipun sebagian hafizh cilik telah syahid dibunuh Israel dalam agresi 2008. Pada tahun 2010, jumlah hafizh yang diwisuda meningkat lagi menjadi 24.000 hafizh.

Mengapa Israel paling takut dengan para penghafal Quran?

Pertama, rupanya Zionis Israel tahu bahwa pasukan elit Izzuddin Al Qassam, sayap militer Hamas, adalah para penghafal Quran. Izzuddin Al Qassam tidak sembarangan merekrut pasukan, khususnya pasukan elit. Di antara syarat yang harus dipenuhi adalah hafal Al Quran 30 juz dan tidak pernah meninggalkan Subuh berjamaah dalam sekian tahun terakhir.

Pasukan elit Izzuddin Al Qassam itulah yang dikenal paling berani dan paling teruji menghadapi militer Israel. Selain tidak mengenal takut, mereka juga ahli strategi perang sehingga mampu melakukan operasi bukan hanya menghadang pasukan Israel namun juga menusuk ke jantung wilayah Israel.

Israel menyadari, anak-anak Gaza yang sejak kecil telah hafal Al Quran adalah calon-calon mujahidin tangguh yang akan merepotkan Israel ketika dewasa kelak. Sehingga untuk menghambat gelombang mujahidin, bocah-bocah penghafal Quran itu perlu dibunuh sebelum tumbuh dewasa.

Kedua, meskipun Zionis Israel tidak mengimani Islam, tetapi mereka percaya dengan masa depan yang disabdakan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya. Misalnya tentang perang akhir zaman yang membuat Yahudi diburu, tidak ada yang melindungi mereka kecuali pohon ghorqod. Karena percaya hadits Nabi ini akan terjadi, mereka pun menanam pohon ghorqod sebagai investasi perlindungan saat tiba waktu perang akhir zaman.

Salah satu hal yang diketahui dan dipercayai oleh Zionis Israel adalah keberanian para penghafal Quran. Bahwa orang-orang yang hafal Quran, mereka memiliki keberanian dan komitmen tinggi dalam menyongsong syahid fi sabilillah. Zionis Israel adalah kaum yang suka membaca. Dari membaca sejarah umat Islam mereka mengetahui bahwa di zaman sahabat, para penghafal Quran adalah barisan pertama jihad fi sabilillah. Dibuktikan dengan banyaknya penghafal Quran yang syahid dalam peperangan. Misalnya pada perang Yamamah. Banyaknya penghafal Quran yang syahid di medan perang ini membuat Umar kemudian mengusulkan mengumpulkan Al Quran kepada Abu Bakar.

Selain perang Yamamah, pada perang-perang lainnya juga tercatat bahwa para penghafal Quran antusias berada di garda terdepan demi menyongsong syahid fi sabilillah. Keberanian dan kecintaan pada mati syahid inilah hal yang ditakuti oleh Zionis Israel dari para penghafal Quran. Sebab jika seseorang datang ke medan perang untuk mencari kematian, menghadapi mereka adalah hal yang paling merepotkan.

Senin, 09 Mei 2016


“Atas nama kemanusiaan, sebaiknya berbagai pihak ikut bersimpati atas kondisi yang menimpa warga suriah, yang terluka, kehilangan anggota keluarga, kehilangan aset kehidupan bahkan ketenangan selayaknya warga negara,”
ALASAN terkuat Masyarakat Relawan Indonesis (MRI) turun ke jalan didasarkan atas kekecewaan minimnya pemberitaan oleh media-media mainstream di Indonesia terkait tragedi kemanusiaan yang berlangsung di Suriah.
“Atas nama kemanusiaan, sebaiknya berbagai pihak ikut bersimpati atas kondisi yang menimpa warga suriah, yang terluka, kehilangan anggota keluarga, kehilangan aset kehidupan bahkan ketenangan selayaknya warga negara,” kata Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT), Insan Nurrochman dalam aksi solidaritas pedui Suriah bertema ‘Stop Memerah Darah” di arena Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta.
Bersama masyarakat, MRI berharap media dan pemerintah RI ikut bersuara keras atas penderitaaan rakyat Suriah selama enam tahun terakhir ini. Aksi solidaritas termasuk pemberian bantuan kepada warga Suriah adalah aksi nyata membantu kemanusiaan. Bukan pemanfaatan situasi krisis atasnama kemanusiaan, apalagi distigma sebagai peyokong terorisme seperti yang selama ini didengungkan beberapa pihak.
“Apapun ideologinya, apapun alasan konfliknya, jiwa manusia terlalu berharga untuk dilenyapkan. Indonesia, imbuh Insan, perlu teribat dalam mewujudkan perdamaian dan politik “bebas aktif”, berdiri di atas kepentingan kemanusiaan,”kata Insan.
Dikatakan Insan, tak sulit membedakan mana bantuan kemanusiaan dan mana ‘terosis’. Sikap menghalangi penyelamatan jiwa dan pembiaran semua sebab hilangnya banyak jiwa, justru musuh nyata kehidupan yang harus disikapi. Indonesia perlu bersuara dan bertindak nyata, sebab pernah merasakan beratnya hidup dalam hujan peluru dan gempuran bom selama perang kemerdekaan.
Numali Tahir (21), mahasiswi Surya Global Yogyakarta yang ikut menyaksikan dan mendukung aksi SOS Syria di area Titik Nol berharap aksi kepedulian ini bisa menggerakkan pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia untuk membantu Suriah.
Tak mau ketinggalan, Adit (12) SD kelas 6 yang ikut menandatangani spanduk dukungan mengatakan, “Sedih rasanya dengar ada banyak anak-anak di sana (Suriah) jadi korban, titip pesan buat Pak Jokowi ya…tolong (mereka) dibantu dengan uang yang banyak.”
Sebagai pelengkap aksi, para relawan menyediakan satu banner panjang sebagai media bagi para pengunjung CFD menorehkan tandatangan dukungan kepedulian untuk rakyat Suriah.
“Aksi di berbagai kota ini, akan terus berlanjut sampai pemerintah Indonesia menyatakan dukungannya kepada suriah. Dan kami juga tidak akan berhenti Aksi sampai dunia tahu dan sadar bahwa tragedi Aleppo adalah tragedi dunia,” tegas Insan Nurrohman.



Sebuah provinsi di Cina yang memiliki banyak populasi Muslim telah memberlakukan larangan kegiatan agama di sekolah setelah sebuah video seorang gadis kecil TK yang sedang membaca ayat-ayat Al-Aqur’an beredar secara online.
Pemerintah di provinsi barat laut Gansu menekankan kembali aturan pemerintah komunis atheis secara resmi yang melarang keberadaan kegiatan agama di sekolah umum di semua tingkatan, dan mengatakan bahwa hal itu untuk melindungi anak-anak.
Otoritas pendidikan di Provinsi Gansu, Cina dalam pernyataannya mengecam keras TK tersebut, dan mengatakan bahwa tindakan tersebut merusak kesehatan fisik dan mental generasi muda.
“Dinas Pendidikan Provinsi Gansu mengutuk keras tindakan yang merugikan kesehatan mental pemuda, dan menuntut lembaga pendidikan dari semua tingkatan untuk mencegahnya secara tegas dan dengan ketat melarang kegiatan keagamaan dari kampus,” ungkap sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis (5/5/2016), sebagaimana dilansir Asia Times.
Sebuah video yang diunggah secara online menunjukkan sekelompok murid duduk di kelas dan seorang gadis kecil mengenakan jilbab hitam sedang membaca Al-Qur’an.
Belum dapat dipastikan di mana video anak TK tersebut direkam. Akan tetapi pernyataan pemerintah provinsi mengatakan bahwa video itu diambil di prefektur Linxia yang mayoritas Muslim.
Video yang sama dengan judul “Chinese Young Girl Recites Quran,” telah diupload ke YouTube pada tahun 2014.
China juga memberlakukan pembatasan ketat atas kegiatan keagamaan oleh para pemuda di luar sekolah, khususnya di wilayah barat yang berbeda budayanya, dimana Islam dan Buddha Tibet secara luas dipraktekkan.
Alasan pemerintah Cina melarang keadalah kegiatan keagamaan dikhawatirkan bisa digunakan untuk mempromosikan ‘identitas budaya non-Cina’.

Ribuan umat Islam semarakkan Parade Tauhid
Ribuan umat Islam menghadiri Parade Tauhid dan Tabligh Akbar di Lapangan Kota Barat, Solo, Sabtu (7/5/2016). (foto: Joglo Semar)
Ribuan umat Islam menghadiri Parade Tauhid dan Tabligh Akbar di Lapangan Kota Barat, Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Sabtu (7/5/2016). Walau cuaca panas, para peserta antusias mendengarkan tausiah dari para pembicara dengan tema Cinta Fitroh untuk pencegahan penyakit menyimpang homoseksual, lesbian dan freesex.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) dengan mengambil tema Cinta Fitroh Kesucian untuk Pencegahan Penyakit Menyimpang Homoseksual, Lesbian, dan Freesex. Dalam acara tersebut DSKS menghadirkan pembicara diantaranya Ustadz Yusuf Mansyur, Ustadz Salim A Fillah penulis Buku Islami, Ustadz Felix Siauw penulis dan Motivator Islam.
Prof. DR.dr. Zaenal Arifin Adnan,Sp. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo memberikan sambutan pertama pada acara kali ini. Dalam sambutannya ia menyerukan agar para pengidap penyakit Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) kembali ke jalan yang benar.
Sementara itu, Ustadz Dr Muinudinillah Basri MA selaku Ketua DSKS mengucapkan terima kasih pada seluruh elemen umat Islam Soloraya atas partisipasinya mendukung suksesnya acara tersebut. Beliau juga memberikan sedikit tausiyah tentang peran pemuda dalam menegakkan kalimat Allah dan beramar maruf nahi munkar.
“Wahai para pemuda-pemudi, sebetulnya acara ini kami adakan khusus untuk kalian para pemuda-pemudi agar kalian sadar, bahwa kalian adalah obyek dari penyerangan jahiliyah, obyek penghancuran orang-orang kafir, yaitu meneggelamkan kaum muslimin dalam syahwatnya.” ujarnya, sebagaimana dilansir Panjimas.
“Untuk itu jika kaum kafir bangga dengan apa yang diharamkan Allah, maka kita harus bangga dengan apa yang dihalalkan Allah. Pemuda Islam bangga dengan Islamnya, bangga dengan yang halal. Kaum kafir, pelaku maksiat, lesbi, homo, dan perilaku menyimpang adalah keburukan yang sangat buruk. Seperti anjing walau seburuk-buruknya binatang tidak akan mau dengan sesama jenis,” pungkasnya.
Lebih lanjut Ustad Yusuf Mansyur dalam ceramahnya mengungkapkan harapannya semoga Allah memberikan perubahan yang dimulai dari diri masing-masing.
“Saya berharap mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala memberikan perubahan yang dimulai dari diri kita sendiri. Adalah kebohongan bila saudara yang hadir menolak pornagrafi, tapi di handphone saudara ada jejak membuka internet porno. Siapa anda? Layakkah kemudian anda berbicara menolak pornagrafi sedang di HP anda ada jejak-jejak pornagrafi. Bagaimana mungkin? Karena itu perubahan harus dari diri kita,” tegas Yusuf Mansyur.
Selanjutnya, Ustad Felix Siauw menyampaikan pengalamanya dalam memeluk agama Islam. Dirinya yakin bahwa Islam akan bangkit dan berjaya kembali.
“Ketika yang berbicara adalah Allah, ketika yang berbicara adalah Rosul, maka itu sebuah kepastian. Keinginan saya satu, kepastian saya satu, Islam pasti akan bangkit, Islam pasti akan menang,” tandasnya.

Pengunjung

@ Copy Right | Kabar Moslem 2016. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blog Archive